Krisis Libya Moammar Khadafi. Krisis Libya semakin parah, Pemerintah Libya yang dipimpin Moammar Khadafi terus mencoba menghalangi para pendemo dengan mengerahkan jet tempur dan peluru tajam. Aparat militer baru saja membantai lusinan orang di berbagai kota. Mereka bahkan membombardir kota Tripoli dengan jet tempur, helikopter serta tank.
Senin (21/2/2011) Ancaman Saif al-Islam, anak Presiden Moammar Khadafi, untuk melawan demonstran habis-habisan ternyata terus dibuktikan. Para saksi mata di Tripoli menyatakan, jet tempur membombardir kota dalam serangan terbaru. Mereka menyebut "tentara bayaran" menembaki warga sipil.
Warga di kawasan Tajura, timur Tripoli, menceritakan, jenazah masih bergelimpangan di jalanan akibat kekerasan yang terjadi hari sebelumnya.
Warga di kawasan Tajura, timur Tripoli, menceritakan, jenazah masih bergelimpangan di jalanan akibat kekerasan yang terjadi hari sebelumnya.
Kebijakan yang menewaskan ratusan warga Libya inilah yang membuat para diplomat Libya di luar negeri, termasuk Dubes Libya di Jakarta, menarik dukungan pada Moammar Khadafi alias mundur.
Tak cuma masyarakat internasional, para anak buah Moammar Khadafi pun mengecam kekerasan yang dilakukan bosnya itu. Sejumlah pejabat dan diplomat Libya di beberapa negara ramai-ramai mundur dari jabatannya. Itu adalah protes mereka kepada rezim Moammar Khadafi yang menumpas gelombang aksi protes massal secara brutal dalam beberapa hari terakhir.
Mereka bergabung dengan sejumlah menteri yang serentak turun dari jabatan sebagai ketidaksetujuan pada langkah rezim Moammar Khadafi dalam menghadapi para demonstran dengan cara kekerasan sehingga menimbulkan banyak korban jiwa.
Sejumlah staf Kedubes Libya di Malta turut bergabung dengan pendemo yang mendesak agar Moammar Khadafi segera mengakhiri kekuasaan 41 tahunnya. Sedikitnya 3 staf, termasuk kepala keamanan Haled al Ashtyari, terlihat meninggalkan kantor kedutan di Attard, Malta. Mereka bergabung bersama ratusan warga Libya yang berdemo di luar kedubes.
Sementara itu, perintah agar menembaki rakyat dengan jet tempur membuat dua pilot Mirage F1 kabur ke Malta. Mereka menolak menembaki teman-teman mereka sendiri. Salah satu dari pilot itu meminta suaka politik di negeri pulau di Mediteria ini.
Dua pesawat tempur Libya dan 2 helikopter sipil mendarat di Malta. 2 Jet pembom itu 'membelot' setelah diperintahkan untuk mengebom para demonstran anti-pemerintah di kota Benghazi, Libya. Polisi Malta juga menginterogasi tujuh penumpang yang mendarat di Malta dari Libya menggunakan 2 helikopter Prancis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar